Monday, June 25, 2007

dari pengalaman aku belajar....


Pengalaman, seperti apapun, menjadi guru terbaik bagi kita. Entah pengalaman itu merupakan pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain. Adalah bijaksana jika kita mampu untuk melihat pengalaman tersebut dari berbagai perspektif. Tanpa ada unsur merendahkan ataupun memperkuat su'udhon.
Setiap orang pasti pernah melakukan kekhilafan. Dan setiap orang juga berhak untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
Jika kita tulus memperbaiki diri, maka seperti apapun masa lalu, tak akan menjadi penghambat langkah kita selanjutnya.
Jika tulus ingin berubah, semoga dengan diiringi satu bentuk kesadaran bahwa kita hanyalah makhluk yang tak memiliki daya dan kekuatan apapun di hadapan ALLAH SWT.

he was gone

Suatu hari saat kakek meninggal dunia, air mata ini mengalir begitu saja. Saat itu aku masih duduk di bangku SMA kelas 2. ketika jam istirahat aku diberitahu seorang teman bahwa aku dicari orang TU, katanya ada telepon dari rumah yang mengabarkan bahwa kakek meninggal. Deg, seketika jantungku terasa berhenti berdetak. Segala macam perasaan bercampur aduk memenuhi ruang diriku. Entahlah, apa yang kurasakan saat itu aku sendiri tidak tahu. Sedihkah? Biasa sajakah?
Dengan diantar sohib-sohibku tercinta aku pulang ke rumah naik bis. Selama di perjalanan entah mengapa tiba-tiba dada ini terasa sesak, dan air mata mengalir begitu saja. Setiap kuhapus, air mata ini mengalir lagi. Hei, ada apa ini? Selama ini aku tidak begitu dekat dengan kakek. Aku tidak pernah bermanja-manja padanya. Saat itu, bagiku kakek adalah seorang yang galak, pemarah. Tapi aku tetap menghormati Beliau. Aku berusaha ada jika kakek membutuhkanku. Mengantarkan kakek ke kamar mandi, membuatkan kopi, mengambilkan piring untuk makan, menyalakan kipas angin, mengambilkan sandal, mencucikan baju,dll. Semuanya itu kulakukan dengan senang hati, walaupun adakalanya aku melakukannya dengan menggerutu.
Aku jadi teringat waktu aku masih SD. Saat itu kakek masih bugar kondisi fisiknya. Beliau sering mandi di sungai walaupun di rumah ada kamar mandi. Air sungai di desaku saat itu masih jernih dan melimpah. Aku dan adik-adikku serta sepupuku juga sering mandi di sungai. Biasanya kami berangkat bersama-sama dan sampai di sungai kami bermain sepuasnya. Ada satu peristiwa yang sampai sekarang masih tersimpan di memori otak ini. Kakek mengajak kami mandi di sungai. Satu-persatu dari kami bergiliran duduk di pangkuan kakek, lalu kakek menggosok punggung kami dengan batu kecil. Sambil menggosok beliau memberikan petuah2nya. Saat itu kami hanya tertawa-tawa kegelian sambil sesekali meringis kesakitan. Satu momen kecil yang kalau kuingat saat ini baru kusadari kalau kakek sangat menyayangi kami, cucu-cucunya.
Selama di perjalanan menuju rumah, begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang bersliweran dalam pikiranku. Bagaimana kakek meninggal? Dalam keadaan apa kakek meninggal? Apakah ALLAH akan menerima kakek? Aku hanya berharap ALLAH akan mengampuni dosa-dosa beliau. Semoga.
Malam harinya, entah mengapa aku ingin tidur di kamar kakek. Tak kupedulikan keadaan sekelilingku. Orang-orang yang berkumpul, tahlilan yang sedang berlangsung, aku tak peduli. Malam itu, di kamar kakek, aku tidur dengan lelap sampai pagi.
Aku hanya berharap, kakek meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. ALLAH, ampuni dosa-dosa beliau dan lapangkanlah tempat peristirahatan sementara beliau. Amin....