Tuesday, September 25, 2007

Aku berusaha memahamimu....... Apakah kau juga berusaha memahamiku....?

Ketika kita terbentur pada kenyataan bahwa kita harus bisa memahami orang lain, mengerti orang lain, menempatkan diri pada posisi orang lain, timbul pertanyaan apakah mereka juga bisa memahami kita?

Empati, begitu sulit untuk dilakukan ketika kita masih dikuasai ego.
Tapi bukan berarti untuk menumbuhkan empati kita tidak boleh memiliki ego.
Ego merupakan bagian dari fitrah manusia, fitrah ke-eksistensi-an manusia.

Manusia hanya perlu menguasai ego, bukan dikuasai ego.
Dengan menguasai ego, empati akan muncul dengan sendirinya.

Okelah kita bisa menguasai ego, kita menjadi manusia yang memiliki rasa empati tinggi, lantas apa untungnya bagi kita, jika ternyata hanya kita yang melakukan itu.

Memang sepertinya tidak adil, ketika kita berusaha memahami orang lain, berusaha mengerti orang lain, tetapi mereka tidak melakukan hal yang sama dengan kita.

Sepertinya hanya kita yang harus menjadi baik, sepertinya hanya kita yang harus menjadi malaikat, sementara orang lain menempatkan dirinya sebagai orang yang ingin dipahami.

Bukankah tak ada ruginya kita menjadi baik?
Bukankah sudah seharusnya kita menjadi lebih baik?
Tidak masalah kita menjadi orang yang “memahami”, karena dengan begitu kita bisa lebih mengerti dan lebih memahami hakekat keberadaan kita.

Dengan demikian kita tidak perlu lagi untuk protes. Tidak perlu lagi merasa bahwa semua ini tidak adil.

Apakah orang lain juga akan melakukan “memahami” seperti yang kita lakukan atau tidak, itu menjadi urusan masing-masing.

Kita tidak perlu memaksa agar mereka seperti kita, juga tidak perlu untuk menggurui.

Kita hanya perlu menjadi lebih baik, karena kebaikan itu pasti akan kembali kepada kita.